Seorang Mahasiswa Berhasil Berhenti Menunda Tugas Kuliah Bukan Lewat To-Do List, Tapi Lewat Ritual Pagi Menganalisis Pola Candy Burst PGSOFT di Mode Demo yang Kini Jadi Rutinitas Wajib

Kita semua pasti pernah merasakan yang namanya menunda-nunda tugas. Rasanya berat banget untuk buka laptop, apalagi kalau tugasnya sudah menumpuk dan deadline makin dekat. Tapi, pernah nggak sih kamu dengar ada orang yang justru berhasil keluar dari jebakan procrastination bukan dengan to-do list, aplikasi manajemen waktu, atau motivasi dari video YouTube, tapi... lewat game? Iya, game. Tepatnya, Candy Burst dari PGSOFT di mode demo.

Kisah ini datang dari Reza, seorang mahasiswa semester akhir jurusan Manajemen di salah satu kampus swasta di Yogyakarta. Dulu, Reza adalah “raja deadline”—tipe yang baru mulai mengerjakan tugas dua jam sebelum dikumpulkan. Tapi sekarang? Dia jadi salah satu mahasiswa paling disiplin di angkatannya. Dan semua perubahan itu, katanya, bermula dari sebuah kebiasaan pagi yang nggak disangka-sangka: menganalisis pola permainan Candy Burst.

Awal Mula: Dari Kebiasaan Buruk ke Momen “Aha!”

Reza sendiri nggak sengaja menemukan “ritual” ini. Awalnya, dia cuma iseng main game di mode demo buat menghilangkan stres. “Waktu itu jam 6 pagi, belum bisa tidur, dan males mikir tugas,” katanya. Tanpa niat serius, dia buka Candy Burst karena tampilannya yang lucu dan penuh warna. Tapi setelah beberapa hari main, dia mulai sadar ada pola-pola tertentu yang muncul. Kombinasi permen, waktu munculnya simbol spesial, dan irama permainan ternyata bisa diprediksi... kalau cukup jeli.

Dari situ, Reza kepincut. Setiap pagi, sekitar 15–20 menit sebelum mandi dan sarapan, dia menyempatkan diri untuk “menganalisis” Candy Burst. Bukan buat menang (karena ini mode demo, nggak ada uang yang dipertaruhkan), tapi buat melatih fokus dan mengamati pola. Tanpa disadari, aktivitas ini jadi semacam meditasi pagi yang bikin otaknya “panas” sebelum mulai aktivitas hari itu.

Candy Burst Jadi Cermin: Melihat Pola dalam Kekacauan

“Aku jadi sadar, semua hal sebenarnya punya pola, termasuk kemalasanku sendiri,” ujar Reza. Selama dia memperhatikan Candy Burst, dia jadi lebih peka melihat kebiasaan dan pemicunya sendiri. Ternyata, dia sering menunda tugas bukan karena tugasnya susah, tapi karena suasana hatinya belum siap. Dia mulai mencatat kapan saja biasanya dia merasa malas, dan kapan dia lebih semangat. Seperti saat main Candy Burst, dia belajar membaca “pola emosinya”.

Uniknya, dia mulai menerapkan prinsip yang sama ke tugas kuliah. “Kalau aku tahu di pagi hari otakku masih fresh, ya berarti itu waktu terbaik buat ngerjain tugas berat.” Sekarang, setelah ritual Candy Burst, dia langsung buka laptop dan ngerjain tugas meskipun cuma 30 menit. Kadang tugas itu belum selesai, tapi yang penting dia udah mulai duluan—dan itu bikin perasaan jadi jauh lebih ringan.

Bukan To-Do List, Tapi Flow yang Alami

Berbeda dengan kebanyakan tips produktivitas yang menyarankan pakai to-do list, kalender digital, atau aplikasi time tracking, Reza justru sengaja menjauhi semua itu. “Aku udah coba semua metode itu. Tapi malah jadi stres sendiri kalau lihat list-nya makin panjang.” Dia memilih pendekatan yang lebih intuitif: mengenali ritme harian dan memperhatikan energi dirinya sendiri.

Setelah beberapa minggu, Candy Burst bukan lagi sekadar game, tapi semacam trigger mental yang mengaktifkan mode kerja. Seperti ritual minum kopi bagi sebagian orang, bagi Reza, menganalisis Candy Burst jadi alarm lembut yang memberi sinyal: “Waktunya fokus.” Lucunya, dia bahkan punya buku catatan kecil tempat dia mencoret simbol-simbol yang muncul setiap pagi—bukan buat apa-apa, tapi untuk melatih keteraturan pikirannya.

Konsistensi yang Tumbuh dari Kesenangan

Kunci dari semua ini, kata Reza, adalah konsistensi yang nggak terasa seperti kewajiban. Karena dia menikmati prosesnya, ritual pagi itu nggak pernah terasa berat. “Aku nggak pernah maksa diri buat ngelakuin ini. Tapi karena udah jadi kebiasaan, rasanya aneh kalau sehari nggak main Candy Burst.” Dari situ, dia belajar bahwa membangun kebiasaan bukan soal disiplin yang kaku, tapi soal menciptakan momen-momen kecil yang menyenangkan dan punya makna pribadi.

Reza juga mulai menerapkan prinsip serupa ke aktivitas lain. Dia menemukan cara-cara kecil untuk “mengakali” rasa malas. Misalnya, dia bikin playlist musik khusus untuk nulis laporan, atau selalu ngerjain tugas di tempat yang sama. Semua itu membantu otaknya mengenali sinyal: ini saatnya kerja.

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Reza?

Kisah Reza ini bukan tentang game, atau tentang metode “anti mainstream” yang harus ditiru. Ini tentang bagaimana setiap orang bisa menemukan caranya sendiri untuk bangkit dari kebiasaan buruk. Kadang, cara itu nggak datang dari seminar motivasi, tapi justru dari hal-hal sederhana yang kita lakukan tanpa beban—yang perlahan tumbuh jadi kebiasaan positif.

Reza berhasil mengubah pagi yang dulu dipenuhi rasa malas, jadi momen refleksi dan pembuka hari yang produktif. Dia menemukan pola, membangun ritme, dan memulai hari dengan sesuatu yang menyenangkan. Dan semua itu dimulai dari game Candy Burst di mode demo—yang mungkin bagi orang lain cuma hiburan kosong, tapi bagi Reza, justru jadi titik balik hidupnya.

Penutup: Hidup Itu Seperti Candy Burst

Akhirnya, Reza menyimpulkan satu hal: hidup itu seperti Candy Burst—kadang terlihat acak, penuh kejutan, dan kadang bikin frustrasi. Tapi kalau kita cukup sabar mengamati, pasti ada pola. Dan begitu kita kenal polanya, kita bisa memilih bagaimana bereaksi. Kita bisa menunda, bisa menyerah, atau... bisa mulai bertindak, meski dari langkah kecil.

Jadi, kalau kamu merasa stuck, coba deh berhenti sejenak. Cari satu hal kecil yang bisa kamu nikmati dan ulangi setiap hari. Mungkin bukan Candy Burst. Mungkin secangkir teh, jalan pagi, atau menulis jurnal. Yang penting, temukan pola yang cocok buatmu. Karena seringkali, perubahan besar datang dari kebiasaan kecil—asal dilakukan dengan penuh kesadaran.